Di balik Keindahan Golden Sunrise Bukit Panguk Kediwung
Di
balik Keindahan Golden Sunrise Bukit Panguk Kediwung
Gambar 1. Spot foto
Sumber: dokumen pribadi
Keindahan
golden sunrise Bukit Panguk Kediwung
memang memikat hati. Hamparan bukit hijau dan kabut tipis menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan. Namun, untuk bisa dikenal hingga menjadi salah satu
obyek wisata unggulan di Bantul. Bukit Panguk Kediwung memerlukan usaha ekstra
“Saya sedih Mas, ketika mengiat awal merintis tempat wisata ini. Bagaimana cara
meyakinkan tokoh agama dan masyarakat, agar mau membantu mengembangkan obyek
wisata ini.” Tutur Eli Rusnanto, Ketua Pengelola Obyek Wisata Bukit Panguk
Kediwung.
Memulai suatu obyek wisata memang
tidak mudah, apabila masih terdapat stigma dan asumsi negatif yang berkembang
di masyarakat. Perlu waktu yang tidak sebentar agar suatu destinasi wisata
dapat diterima dan kelak dapat menghidupi masyarakat sekitar. Seperti di Bukit
Panguk Kediwung, perlu waktu kurang lebih tiga tahun agar tokoh agama dan
masyarakat sekitar pelan-pelan dapat memahami potensi yang ada.
Pada awalnya pembukaan obyek wisata
ini sempat diangkap sebagai pembukaan tempat maksiat. Pasalnya stigma negatif
yang tumbuh di masyarakat mengingat kultur agama yang masih sangat kuat
sehingga memengaruhi pola pikir masyarakat. Pola pikir ini yang membuat
perkembangan dan tindak lanjut terhadap pengembangan obyek wisata Bukit Panguk
beberapa kali menemui kendala. Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat dan
tokoh agama mulai sadar dan memahami keadaan. Bahwasanya ternyata adanya obyek
wisata ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Masyarakat yang
setiap harinya bekerja sebagai petani kini mendapatkan pemasukan lebih.
Apabila kita melihat dan membandingkan
dengan objek wisata disekitarnya, yaitu Pasar Tradisional Kaki Langit ternyata
memiliki treatment tersendiri dalam membangun dan mengembangkan potensi wisata.
“Membangun suatu obyek wisata harus dimulai dari kesadaran masyarakat itu
sendiri.” Ungkap Sumijan, Ketua dua Pengelola Desa Wisata Kaki Langit. Kata
kuncinya adalah “kesadaran” apabila kesadaran sudah tumbuh di masyarakat maka
pemerintah maupun pengelola suatu obyek wisata tidak perlu memaksa perkembangan
suatu obyek wisata.
Cara membangun kesadaran ini dimulai
dengan membangun iklim yang positif. Pengelola dan masyarakat dapat bekerja
sama bahu-membahu membangun suatu obyek wisata. Misalnya, dalam obyek wisata
Pasar Tradisional Kaki Langit, pengelola memberikan pancingan-pancingan agar
masyarakat dapat menangkap umpan tersebut. Awalnya terdapat beberapa orang yang
mendirikan homestay. Lalu pada
perkembangannya hal ini diikuti oleh warga lainnya, sebab dapat memberikan
pemasukan sampingan selain bertani.
Jadi belajar dari keadaan tersebut
maka warga lainnya ikut membangun homestay.
Setelah sama-sama membangun homestay pun
mereka belajar, bagaima cara homestay yang satu bisa ramai dan lainnya tidak.
Ternyata dari kualitas, kenyamanan, pelayanan, dan kebersihan. Iklim positif ini yang harus dibangun apabila akan mendirikan dan mengembangkan suatu obyek
wisata.

Komentar
Posting Komentar